Senin, 15 Juni 2009

Borobudur, Candi Budha Terbesar di Abad ke-9



Borobudur, Candi Budha Terbesar di Abad ke-9



Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.

Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.

Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.

Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).

Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. Kami mengajak anda untuk mengelilingi setiap lorong-lorong sempit di Borobudur agar dapat mengerti filosofi agama Budha. Atisha, seorang budhis asal India pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.

Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut "The Lamp for the Path to Enlightenment" atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan 'Amawa' berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa yang lain mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi.

Dengan segala kehebatan dan misteri yang ada, wajar bila banyak orang dari segala penjru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, anda juga bisa berkeliling ke desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Anda juga bisa pergi ke puncak watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas. Tunggu apa lagi? Tak perlu khawatir gempa 27 Mei 2006, karena Borobudur tidak terkena dampaknya sama sekali.

Parangtritis, Pantai Paling Terkenal di Yogyakarta


Parangtritis, Pantai Paling Terkenal di Yogyakarta


Parangtritis yang menjadi pantai paling terkenal di Yogyakarta menawarkan pengalaman wisata yang bervariasi. Mulai menikmati pemandangan dengan bendi atau kuda hingga melihat perayaan Peh Cun dengan atraksi telur berdiri.

Pantai Parangtritis adalah salah satu pantai yang mesti dikunjungi, bukan cuma karena merupakan pantai yang paling populer di Yogyakarta, tetapi juga memiliki keterkaitan erat dengan beragam objek wisata lainnya, seperti Kraton Yogyakarta, Pantai Parangkusumo dan kawasan Merapi. Pantai yang terletak 27 kilometer dari pusat kota Yogyakarta ini juga merupakan bagian dari kekuasaan Ratu Kidul.

Penamaan Parangtritis memiliki kesejarahan tersendiri. Konon, seseorang bernama Dipokusumo yang merupakan pelarian dari Kerajaan Majapahit datang ke daerah ini beratus-ratus tahun lalu untuk melakukan semedi. Ketika melihat tetesan-tetesan air yang mengalir dari celah batu karang, ia pun menamai daerah ini menjadi parangtritis, dari kata parang (=batu) dan tumaritis (=tetesan air). Pantai yang terletak di daerah itu pun akhirnya dinamai serupa.

Pantai Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos, diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Kraton Yogyakarta dan Parangtritis. Pantai ini juga diyakini sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah selesai menjalani pertapaan. Dalam pertemuan itu, Senopati diingatkan agar tetap rendah hati sebagai penguasa meskipun memiliki kesaktian.

Sejumlah pengalaman wisata bisa dirasakan di pantai ini. Menikmati pemandangan alam tentu menjadi yang paling utama. Pesona alam itu bisa diintip dari berbagai lokasi dan cara sehingga pemandangan yang dilihat lebih bervariasi dan anda pun memiliki pengalaman yang berbeda. Bila anda berdiri di tepian pantainya, pesona alam yang tampak adalah pemandangan laut lepas yang maha luas dengan deburan ombak yang keras serta tebing-tebing tinggi di sebelah timurnya.Untuk menikmatinya, anda bisa sekedar berjalan dari arah timur ke barat dan memandang ke arah selatan. Selain itu, anda juga bisa menyewa jasa bendi yang akan mengantar anda melewati rute serupa tanpa lelah. Ada pula tawaran menunggang kuda untuk menjelajahi pantai. Biayanya, anda bisa membicarakan dengan para penyewa jasa.

Usai menikmati pemandangan Parangtritis dari tepian pantai, anda bisa menuju arah Gua Langse untuk merasakan pengalaman yang berbeda. Di jalan tanah menuju Gua Langse, anda bisa melihat ke arah barat dan menyaksikan keindahan lain Parangtritis. Gulungan ombak besar yang menuju tepian pantai akan terlihat berwarna perak karena sinar matahari, dan akan berwarna menyerupai emas bila sinar matahari mulai memerah atau menjelang senja. Pemandangan eksotik ini sempat dinikmati YogYES ketika berkunjung beberapa hari lalu.

Puas dengan pemandangan alamnya anda bisa menikmati pengalaman wisata lain dengan menuju tempat-tempat bersejarah yang terdapat di sekitar Pantai Parangtritis. Salah satunya adalah Makam Syeh Bela Belu yang terletak di jalan menuju pantai. Anda bisa naik melalui tangga yang menghubungkan jalan raya dengan bukit tempat makam sakral ini. Umumnya, banyak peziarah datang pada hari Selasa kliwon.Selesai mengunjungi makam, anda bisa menantang diri untuk menuju Gua Langse, gua yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 3 km dan melalui tebing setinggi 400 meter dengan sudut kemiringan hampir 900. Untuk memasuki gua yang juga sering disebut sebagai Gua Ratu Kidul ini, anda harus meminta ijin pada juru kuncinya terlebih dahulu. Menurut salah seorang penjaga Pantai Depok yang di waktu mudanya sering menuruni gua, anda bisa melihat pemandangan laut selatan yang lebih indah begitu berhasil memasuki gua.

Pada tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Cina, anda bisa melihat prosesi upacara Peh Cun di Parangtritis. Peh Cun, berasal dari kata peh yang berarti dayung dan cun yang berarti perahu, merupakan bentuk syukur masyarakat Tioghoa kepada Tuhan. Perayaan ini juga bermaksud mengenang Khut Gwan (Qi Yuan), seorang patriot dan sekaligus menteri pada masa kerajaan yang dikenal loyalitasnya pada raja hingga ia difitnah oleh rekannya dan memilih bunuh diri.

Perayaan Peh Cun di Parangtritis tergolong unik karena tidak diisi dengan atraksi mendayung perahu berhias naga seperti di tempat lain, tetapi dengan atraksi telur berdiri. Atraksi dimulai sekitar pukul 11.00 dan memuncak pada pukul 12.00. Pada tengah hari, menurut kepercayaan, telur bisa berdiri tegak tanpa disangga. Namun, begitu memasuki pukul 13.00, telur akan terjatuh dengan sendirinya dan tak bisa didirikan lagi.

Untuk mencapai Parangtritis, anda bisa memilih dua rute. Pertama, rute Yogyakarta - Imogiri - Siluk - Parangtritis yang menawarkan pemandangan sungai dan bukit karang. Kedua, melewati rute Yogyakarta - Parangtritis yang bisa ditempuh dengan mdah karena jalan yang relatif baik. Disarankan, anda tidak mengenakan baju berwarna hijau untuk menghormati penduduk setempat yang percaya bahwa baju hijau bisa membawa petaka.

Naskah: Yunanto Wiji Utomo

Menerawang Puncak Merapi di Ketep, Magelang


Menerawang Puncak Merapi di Ketep, Magelang

Memandangi puncak Gunung Merapi, apalagi saat tengah memuntahkan lahar, akan lebih puas bila dilihat dari Ketep Sebagai salah satu tempat pemantauan Merapi, Ketep Pass berada di sebuah bukit kecil di pinggiran jalan menuju kawasan wisata Kopeng, Magelang. Menuju ke sana cukup mudah, kita bisa berangkat dari Pabrik Kertas Blabak, Magelang ke arah Timur. Selain jalanannya beraspal dan bagus, angkot-angkot pun banyak berseliweran ke sana.Jalan menuju Ketep sudah di aspal untuk memudahkan pengunjung, meski cukup berliku layaknya jalan menuju Puncak Pass, Bogor. Perjalanan dijamin menyenangkan, sebab selain di sapa hawa dingin pegunungan, Anda juga bisa memandang Magelang dari ketinggian.


Gardu Pandang Ketep Pass yang berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, didirikan Mantan Presiden Megawati Soekarno Putri, tahun 2002. Awalnya Ketep hanya sebukit kecil. Sekitar tahun 2000, atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto, bukit ini kemudian dikepras, diratakan, diperkeras, dan dilengkapi berbagai fasilitas, sehingga semua orang bisa singgah menyaksikan keindahan alam.Memasuki kawasan Ketep, Anda akan disambut pemandangan kelima gunung tertinggi di Jawa Tengah. Selain Gunung Merapi dan Merbabu, di sisi lain juga terlihat Gunung kembar Sindoro-Sumbing dan Gunung Slamet.Di bawahnya, kita bisa melihat hamparan sawah dan rumah-rumah di sekitar Merapi dan Merbabu.
Di hari libur kawasan ini termasuk ramai pengunjung, baik keluarga maupun pasangan muda. Sambil bercengkarama di bangku-bangku dan gazebo yang tersedia, Anda juga bisa mengintip puncak Merapi dan Merbabu melalui teropong. Cukup dengan Rp. 3.500 per tiga menit, Anda bisa melihat dari dekat dan dengan mata kepala sendiri, kawah Merapi yang menyembulkan asap.Untuk memberikan informasi lebih lengkap tentang terbentuknya Gunung Merapi, Ketep Pass juga menyediakan Museum Gunung Api dan Teater Vulkanologi. Museum Vulkanologi terletak di bawah Teater. Cukup dengan membayar karcis sebesar Rp. 3.500, Anda akan disuguhkan berbagai foto bersejarah Merapi, dari letusan yang pertama hingga yang terakhir, tahun 2006 lalu.Terdapat juga miniatur Gunung Merapi di tengah museum dan data teknis lainnya, seperti peta kontur, besaran kawah, jenis bebatuan, hingga kandungan Gas dari kepulan asap beberapa gunung di sekitar Pulau Jawa. Di museum ini juga terpampang foto raksasa Puncak Garuda yang berdiri tegak laksana pilar di Puncak Merapi. Konon Puncak Garuda ini sudah runtuh sebagian, akibat letusannya sendiri. Sedang sejarah terbentuknya Gunung Merapi dan dokumentasi letusan-letusannya, Anda bisa menyaksikannya di Teater Vulkanologi. Teater ini memiliki beberapa jam pertunjukkan, yaitu sekitar 30 menit sekali, dengan tiket sebesar Rp. 5.000/orang. Agak ke bawah dari pelataran Ketep Pass yang dinamakan Panca Arga, Anda akan menemukan jajaran pedagang makanan dan minuman. Rasanya nikmat sekali bukan, menerawangi keindahan Gunung Merapi, sambil menyeruput kopi dan mencicipi jagung bakar. Ketep Pass buka dari pukul 05.30 (bila ingin lihat matahari terbit) hingga pukul 20.00 WIB. Di hari-hari libur yang ramai pengunjungnya, Ketep Pass kadang buka hingga tengah malam. (Selasa, 19 Februari 2008/11:15:36). Sumber:http://www.halohalo.co.id Sumber Foto: http://bagja2000.multiply.com

WISATA ALAM DIENG


WISATA ALAM DIENG


Dieng berasal dari bahasa sansekerta yaitu "Di" yang berarti tempat yang tinggi atau gunung dan "Hyang" yang berarti kahyangan. Dengan menggabungkan kedua kata tersebut, maka bisa diartikan bahwa "Dieng" merupakan daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.


a Objek Wisata Alam


1. Argo Wisata Tambi
Terhampar luas di lereng gunung Sindoro, dengan ketinggian 1200 sampai 2000 meter di atas permukaan laut. Suhu udara di kawasan ini berkisar antara 15 derajat Celcius sampai 24 derajat Celcius. PT Tambi mengelola tiga unit perkebunan teh yang terletak di desa Bedakah, Tanjungsari serta desa Tambi dengan luas area mencapai 829 Ha yang dilengkapi fasilitas pondok wisata, kolam pemancingan, lapangan tenis, taman bermain dan kebun serta pabrik teh.

2. Arung Jeram Sungai Serayu
Wisata minat khusus ini memanfaatkan jeram sungai Serayu sepanjang 12 km dari desa Tungguro sampai dengan desa Singomerto. Fasilitas akomodasi, cinderamata dan buah tangan lainnya tersedia di desa sekitar. Lokasi ini pernah dipakai sebagai tempat dilangsungkannya Kejurnas Arung Jeram pada tahun 1997.

3. Kawah Si Kendang
Kawasan ini berada di tepi Telaga Warna dan kawah ini hanya bisa memunculkan suara bagaikan suara khas Jawa yang disebut "Kendang". Selain kawah ini, masih banyak kawah lain yang dapat disaksikan di sekitar kawasan wisata dataran tinggi Dieng.

4. Kawah Sikidang
Kawah aktif yang banyak dikunjungi wisatawan dan dapat dilihat dari bibir kawah, terdapat semburan lava dan kepulan asap serta aroma belerang yang khas. Lubang kawah tampak jelas berisi air dan lava berwarna kelabu, yang gemulak dan mendidih, sering berpindah tempat bahkan melompat seperti seekor kidang.

5. Objek Wisata Mrica
Wisata air in! memanfaatkan bendungan Panglima Besar Soedirman, yang merupakan bendungan terbesar di Asia Tenggara. Fasilitas yang tersedia berupa perahu wisata untuk mengelilingi waduk, arena pemancingan, panggung hiburan dan arena bermain untuk anak yang dilengkapi dengan kereta mini. Lokasi berbukit-bukit dan rimbun dengan pepohonan menambah asri penampilan obyek wisata ini.

6. Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas

Taman rekreasi ini rmrempunyai fasilitas kolam renang, panggung hiburan, arena bermain anak dan taman satwa serta berbagai tanaman langka. Juga telah menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan nusantara mengingat daya tarik yang ada di taman rekreasi margasatwa Serulingmas cukup memadai.

7. Telaga Menjer
Telaga ini merupakan telaga alam yang terluas di kabupaten Wonosobo. Lokasinya berada di ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut dengan luas 70 hektar dan kedalaman air mencapai 45 meter. Telaga Menjer terletak di desa Maron kecamatan Garung, berjarak sekitar 12 kilometer sebelah utara kabupaten Wonosobo.

8. Tuk Bimolukar
Kawasan ini merupakan sebuah mata air dengan pancuran yang terbuat dari batu purba. Menurut cerita, nama Bimolukar adalah tempat sang Bima Sena menukar (melepas) pakaiannya untuk disucikan. Mata air sungai Serayu ini diyakini sebagai mata air yang bisa menjadi obat awet muda.

b. Objek Wisata Sejarah


Kelompok Candi Arjuna
Kelompok candi Hindu ini terdiri atas candi Arjuna, candi Semar, candi Srikandi, candi Puntadewa, dan candi Sembadra. Kelompok candi ini diperkirakan dibangun tidak bersamaan waktunya. Dahulu kala, kelompok candi ini digunakan sebagai tempat pemujaan.

c. Objek Wisata Budaya


1. Ngruwat Rambut Gembel
Ritual ini merupakan tradisi yang hidup di daerah sekitar kecamatan Kejajar, 17 kilometer sebelah utara kota Wonosobo. Di sekitar daerah ini banyak anak-anak kecil yang berambut gembel, yang menurut cerita merupakan titipan dari Kyai Kolodete. Dan gembel tersebut dianggap "balak" yang harus diruwat, melalui upacara tradisi"Ruwatan". Upacara biasanya dilakukan setelah anak mengajukan permintaan langsung atau jejaluk (dalam bahasa Jawa) kepada orang tuanya. Permintaan yang kadang kala sulit untuk dipenuhi. Anehnya bila upacara tradisi Ruwatan bagi anak gembel tidak dilaksanakan atas permintaannya sendiri, maka sekalipun sudah dicukur akan tumbuh gembel kembali.

2. Nyadran Suran Masyarakat Desa Pagerejo
Ritual ini hampir sama dengan yang dilaksanakan di dusun Gianti, juga diperingati setiap tanggal 1 bulan Asyuro (bulan Jawa). Dalam ritual ini, masyarakat desa Pagerejo kecamatan Kertek ini melangsungkan upacara mandi di sendang Surodilogo.

3. Nyadran Suran Masyarakat Dusun Gianti
Ritual ini merupakan upacara memperingati hari jadi dusun Gianti, desa Kadipaten kecamatan Selomerto yang biasanya dilanjutkan dengan Merdi Dusun disertai upacara Tenongan untuk kemudian dilanjutkan pagelaran seni tradisional semalam suntuk. Dusun Gianti terkenal dengan sebutan dusun wisata di kabupaten Wonosobo.

d. Pusat Cinderamata - Pusat Kerajinan Keramik Klampok
Di pusat kerajinan keramik ini, wisatawwan dapat melihat dan membeli berbagai jenis keramik dengan harga yang bervariasi. Motif khas keramik Banjarnegara sebagai daya tarik adalah erbagai bentuknya seperti gajah, asbak, meja, kursi, dan sebagainya. Pemasaran keramik Klampok ini sudah menembus pasar manca negara. Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan proses pembuatan keramik dapat menyaksikan langsung ke dapur pembuatan keramik.


e. Sarana Pendukung


Dieng Plateau Theatre
Pusat interpretasi potensi alam dan budaya kawasan dataran tinggi Dieng yang diberi nama Dieng Plateau Theatre (DPT) dibangun atas prakarsa gubernur Jawa Tengah H. Mardiyanto. Alasannya, karena lereng bukit Sikendil dapat menjadi magnet yang kuat untuk mengembangkan pariwisata di propinsi Jawa Tengah. Diharapkan dengan dibangunnya DPT tersebut, objek wisata lembah Dieng bisa menjadi daerah tujuan wisata Jawa Tengah setelah Candi Borobudur.
DPT sebagai pusat pusat interpretasi polensi alam dan budaya kawasan dataran tinggi Dieng dilengkapi dengam seperangkat peralatan audio visual (film), dan juga tempat duduk pengunjung yang berkapasitas 100 buah kursi. Berfungsi sebagai sarana pendidikan, kebudayaan, pengenalan potensi wisata serta hiburan untuk mengurangi kejenuhan.
Dieng Plateau Theater terletak di lereng bukit Sikendil desa Dieng kecamatan Kejajar, kabupaten Wonosobo, berada di sebelah barat Taman Wisata Telaga Alam Telaga Warna dan Telaga Pengilon serta Goa Jaran, Goa Sumur dan Goa Semar yang dikeramatkan oleh masyarakat.


Sumber: www.wordpress.com

Keindahan Panorama Pantai Ayah di Kab. Kebumen



Keindahan Panorama Pantai Ayah di Kab. Kebumen


A. Selayang Pandang

Pantai Ayah, atau juga dikenal dengan sebutan Pantai Logending, adalah salah satu obyek wisata pantai yang berada di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Obyek wisata ini cukup terkenal karena memadukan antara wisata hutan dengan wisata bahari, yaitu Hutan Wisata Logending dan Pantai Ayah. Hutan Wisata Logending merupakan kawasan hutan jati milik Perum Perhutani Kedu Selatan yang berada di dekat pantai tersebut.
Menurut cerita masyarakat setempat, Pantai Ayah dan Hutan Logending pada zaman dulu pernah dijadikan sebagai tempat pengintaian dan pos penjagaan oleh tentara Belanda maupun Jepang sewaktu menjajah di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya bekas peninggalan berupa benteng yang terletak di tepi pantai maupun di atas pegunungan Logending. Pada tahun 1948—1950, ketika terjadi revolusi di Indonesia, kawasan hutan Logending ini juga pernah dijadikan sebagai tempat persembunyian para pejuang TNI saat mempertahankan wilayah itu.

B. Keistimewaan

Pantai yang berjarak sekitar 8 km dari obyek wisata Gua Jatijajar ini, memiliki pemandangan alam yang indah dengan air yang jernih, serta hamparan pasir yang luas dan landai. Di kawasan wisata ini, pengunjung dapat menghirup udara segar sambil berjalan-jalan menyusuri pantai. Tak hanya itu, wisatawan juga dapat bermain sepak bola, voli pantai, maupun duduk bersantai di atas pasir.

Setelah puas menikmati suasana pantai, pengunjung dapat menuju kawasan hutan Logending yang terletak puluhan meter dari pantai. Di dalam hutan ini terdapat berbagai macam tumbuhan yang merupakan tanaman lokal maupun mancanegara yang tergolong langka. Salah satu tumbuhan yang tergolong langka yang terdapat di dalam hutan ini adalah mahoni Afrika. Tumbuhan ini jarang terdapat di hutan-hutan lain di Indonesia pada umumnya. Karena alasan itulah, kemudian area hutan ini dijadikan sebagai tempat penelitian tanaman langka dan sekaligus pengembangan mahoni Afrika tersebut.
Obyek wisata lain yang tak kalah menarik untuk dikunjungi dan berada di kawasan obyek wisata Pantai Ayah adalah indahnya muara sungai Bodo, yaitu sungai yang memisahkan wilayah Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Cilacap. Untuk menikmati pemandangan sungai ini wisatawan dapat berkeliling dengan menyewa perahu nelayan setempat. Sepanjang sungai tersebut, pengunjung dapat melihat air Sungai Bodo yang tenang, rimbunnya pohon payau di tepian sungai, dan lebatnya pohon jati milik Perum Perhutani yang tampak tertata rapi dan menghijau.
Bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana obyek wisata ini pada malam hari, dapat mendirikan tenda-tenda perkemahan di lokasi perkemahan Perum Perhutani yang terletak di kawasan hutan jati tersebut. Area perkemahan yang luas, bersih, dan sejuk ini khusus diperuntukkan bagi wisatawan yang gemar camping sambil berwisata.

C. Lokasi

Pantai Ayah terletak di Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Akses

Untuk menuju obyek wisata ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi (mobil), maupun sarana angkutan umum (bus) dari Kebumen. Jika pengunjung menggunakan kendaraan pribadi dari Kota Kebumen, akan menempuh jarak kurang lebih 20 km sampai ke lokasi obyek wisata Pantai Ayah ini. Namun, bagi pengunjung yang ingin naik angkutan umum (bus), perjalanan dapat dimulai dari Terminal Kebumen. Dari terminal ini banyak bus yang melewati obyek wisata tersebut dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan.

E. Harga Tiket

Untuk dapat masuk ke obyek wisata Pantai Ayah, setiap pengunjung dipungut biaya sebesar Rp 2.200 per orang (November 2008).

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Di kawasan obyek wisata Pantai Ayah terdapat berbagai macam fasilitas di antaranya area perkemahan, tempat bersantai, parkir luas, mushala, penginapan, sarana permainan anak, tempat persewaan perahu, pusat pelayanan informasi wisata, dan lain–lain. Terdapat juga warung-warung yang menjual berbagai macam makanan dan minuman, suvenir (kerajinan anyaman pandan, kerajinan kece), dan pedagang ikan laut yang menjajakan ikannya dalam kondisi masih segar. Bagi pengunjung yang ingin membawa pulang oleh-oleh khas dari Kebumen yaitu “grobi” dan gula kelapa, dapat dengan mudah mendapatkannya, karena di area wisata ini banyak warung-warung yang menjual kedua dagangan tersebut dengan harga yang cukup murah.

Istana Ratu Boko, Kemegahan di Bukit Penuh Kedamaian


Istana Ratu Boko, Kemegahan di Bukit Penuh Kedamaian

Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.

Istana ini terletak di 196 meter di atas permukaan laut. Areal istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.

Bila masuk dari pintu gerbang istana, anda akan langsung menuju ke bagian tengah. Dua buah gapura tinggi akan menyambut anda. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Bila anda cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan 'Panabwara'. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi 'kekuatan' sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.

Sekitar 45 meter dari gapura kedua, anda akan menemui bangungan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya, candi itu digunakan untuk pembakaran jenasah. Selain kedua candi itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila anda berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran.

Sumur penuh misteri akan ditemui bila berjalan ke arah tenggara dari Candi Pembakaran. Konon, sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Kini, airnya pun masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan bagi pemakainya. Sementara orang-orang Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada harmoni awalnya. Kami menyarankan anda berkunjung ke Candi Prambanan sehari sebelum Nyepi jika ingin melihat proses upacaranya.

Melangkah ke bagian timur istana, anda akan menjumpai dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.

Meski didirikan oleh seorang Budha, istana ini memiliki unsur-unsur Hindu. Itu dapat dilihat dengan adanya Lingga dan Yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan "Om Rudra ya namah swaha" sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Memang, saat itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.

Sedikit yang tahu bahwa istana ini adalah saksi bisu awal kejayaan di tanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa memberontak karena merasa sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara Balaputradewa. Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, barulah ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.

Sebagai sebuah bangunan peninggalan, Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan lain. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya istana ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Itu ditunjukkan dari adanya bangunan berupa tiang dan atap yang terbuat dari bahan kayu, meski kini yang tertinggal hanya batur-batur dari batu saja. Telusurilah istana ini, maka anda akan mendapatkan lebih banyak lagi, salah satunya pemandangan senja yang sangat indah. Seorang turis asal Amerika Serikat mengatakan, "Inilah senja yang terindah di bumi."

Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Photo: PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu-Boko
Peta & Artistik: Sutrisno. Sumber: YogYES.COM